Wednesday, January 27, 2010

Saat Kita Harus Mendengar


Saat aku mulai didengar adalah saat aku slalu mendengarkan mereka, sudah hukum alam memang begitu, didunia ini semuanya seimbang, sama hal nya dalam hidup pada masing - masing manusia,..

baru aku merasakan kalo kerja keras selalu terbayarkan oleh hasil yang memuaskan, mungkin memang bukan sekarang tapi pastilah itu terjadi pada suatu waktu, hanya butuh keyakinan dan kesabaran Xtra,..

mungkin jangan pernah ragu melakukan sesuatu untuk orang lain, siapa tau takdir kita ada pada mereka, siapa tau orang yang tidak pernah kita temui akan membawa pengaruh besar dalam hidup yang akan datang, walau kesehariannya hanya selalu tertawa dan membuat susah,
masa depan, tuan,..tak ada yang tau,..kecuali Tuhan,..

cari lah teman sebanyak - banyak nya lalu berbuatlah sesuatu untuk mereka, walaupun terkadang kecil dan sederhana, mungkin saja dapat merubah sesuatu, jangan lah hanya memikirkan kepuasan pribadi, karena menurutku tak kan pernah ada habisnya,...
karena aku pun begitu,..

waktu terus berjalan,..selalu bersama orang yang sama belum tentu dapat membuat cerita baru,..ada saat nya sesuatu akan membuat perpisahan dan ada masa nya juga saat sesuatu itu akan terasa seperti semula,..
terlalu cepat dan terlalu hambar apa bila terjadi sekarang,..

bersabarlah sebentar lagi,..
jangan pernah menyerah kawan,..

dulu kita pernah bercerita tentang suatu cita,.
kita juga pernah bersama bercerita duka,..
itulah yang selalu membuat kenapa hari - hari ku tidak pernah sepi dengan cerita AKU dan KALIAN yang tak pernah ada habis - habisnya,..
walau mungkin sekarang tidak sedang bersama,..

memang berat saat aku harus mengejar cita sendiri dijalan yang kupilih sendiri,..
tapi tak pernah kusesali sedikit pun, karena saat aku memilih untuk masuk SMA, aku pun merasa sangat beruntung hingga sampai saat ini aku menulis, pernah bertemu dengan orang - orang yang di sebut TEMAN,..
bukan hanya sekedar rangkaian huruf, tapi juga merangkai hidup,..

memang aku berbicara hal yang tidak pasti,..hanya sekedar mengisi kekosongan malam,..haha

sampai akhirnya, mari kita beri jempol yang besar dan senyum yang lebar untuk waktu yang terus berputar entah sampai kapan,...

Saturday, December 5, 2009

aku ingin bercerita tentang 'Teman'


























bagiku teman adalah berharga, ketakutanku adalah saat teman - teman ku membenci dan menjauhiku,

terlalu munafik jika aku mengatakan aku bisa hidup sendiri tanpa teman, siapa pun teman ku, aku banyak belajar dari mereka, belajar hidup dan kehidupan.

mungkin dimata orang lain mereka hanya terlihat biasa dan selalu tertawa, tapi bagiku mereka adalah semangat dan motivasi,...

teman yang baik,..tak pernah mengatakan baik dan buruk dirinya, memberikan pelajaran tanpa pernah berkata sebelumnya,...tapi tetap saya selalu terlambat mengerti,..haha

teman yang slalu menyakiti, belum tentu dy adalah orang yang buruk,..dy hanya mengajarkan bagaimana bertahan. ya,..mungkin bisa dibilang bertahan dari sisi gelap hidup, seperti penghianatan, kebohongan dan kemunafikan..haha


ribut dengan teman dalah hal biasa,...
itu hanya proses hidup bagaimana kita belajar untuk saling mengerti, saling memaafkan, dapat menilai diri masing - masing dan bisa menerima setiap kekurangan,..ya,..walaupun saya tahu itu berat,..

tapi kalo memang bisa, mungkin kita semua akan hidup dalam damai dan mati masuk sorga,..hahahaha

indah rasanya jika perselisihan dapat selesai walaupun mgkn akan memakan waktu yang lama...tapi bagiku itu pasti,..
ya,...setidaknya mencoba meminta maav waktu hari raya Idul Fitri,..hheeeeeeeee
g' dapat maaf mungkin masih dapat minuman soda

memang terlalu munafik jika aku mengatakan mahkluk sempurna yang tidak pernah berbuat salah dan selalu dapat menerima kekurangan semua teman - teman ku. aku hanya belajar untuk dapat membuat mereka semua menerima semua kekuranganku dan berusaha memahami kelebihan mereka semua untuk dapat kujadikan motivasi hidup,..

semangat ku terlalu lemah untuk melihat kedepan,..
tapi aku akan sangat iri melihat langkah teman - teman ku yang terus maju kedepan,..
terlalu egois jika aku meminta untuk ditunggu,..
walaupun aku tau mereka akan menunggu,..tentunya setelah mereka sukses,....hahahahaha

aku dan mreka punya cita...
saat ini adalah masa untuk mencari jalan masing - masing, tentunya untuk bersua dsuatu tempat akhir yang telah dijanjikan bersama,..

aku dan mereka tetap saling menghargai setiap jalan yang dipilih,..
aku dan mereka tetap terus saling menyemangati.
aku dan mereaka tetap saling berkomunikasi,..

aku tak ingin sampai akhirnya tiba, aku hanya jd benalu,...

Thursday, December 3, 2009

cerita ku pada TUHAN

TUHAN,..
semakin besar saja tanggung jawabku sebagai seorang anak, tapi memang tak pantas apabila dibandingkan dengan tanggung jawab kedua orang tua ku yang terus membuatku menjadi manusia dewasa, hidup mandiri dan punya masa depan.

besar harapan mereka pada masa depanku, banyak yang telah mereka kerjakan, banyak yang mereka korbankan tapi yang telah kuhasilkan dan apa yang telah kuperbuat hingga saat ini belum pantas untuk ku tunjukkan dan ceritakan kepada mereka...
aku tak mau terus membual pada mreka saat kepulanganku diakhir semester...
aku bermimpi dapat menghangatkan hati mereka dengan berjuta cerita nyata yang telah kualami dan dengan segudang prestasi yang kuraih sendiri dengan kerja keras dan usaha...

entah kapan saat itu tiba,...
terlalu banyak waktu yang telah kusia - siakan, terlalu banyak pengorbanan mereka yang tak kuhargai,.
tak pernah terpikir oleh ku untuk dapat membalasnya suatu saat,...

TUHAN,..
pintaku pada Mu selalu mendapat kemudahan hidup setiap harinya,..selalu menggampangkan segala sesuatunya untuk dikerjakan esoknya,..tapi akhirnya aku tidak pernah belajar untuk bertahan,..

aku terlalu egois yang hanya mando'akan diri ku sendiri,..Engkau lah Tuhanku yang membuat ku tidak pernah tau pinta ibuku padaMU disepanjang malam, agar aku terus belajar untuk mengerti dan menghargai cinta kasih ibuku,...

TUHAN,..
kuat ingatanku pada ayah saat aku tak lagi mempunyai uang untuk makan, saat aku tak lagi memiliki uang untuk hiburan, saat - saat dimana aku butuh uang adalah saat itu aku mengingat ayah,..
egois memang,...tak pernah aku berpikir dari mana datangnya dan seberapa besar pengorbanannya,..
dia slalu manghawatirkan hari - hari ku yg jauh darinya,..tapi sedikit pun tak pernah aku memikirkan hari - hari nya yang dihabiskan hanya untuk aku, ibu dan sodaraku,...

maav ibu maav ayah,..
aku tlah membuat kalian kecewa entah untuk yang keberapa kalinya lagi,...jangan pernah tinggal kan aku dalam setiap do'a mu,..

TUHAN,..
jika telah Engkau tentukan takdirku, aku berdo'a semoga merupakan yang terbaik buat ku dan buat orang - orang tercinta disekitarku,..

inspirasi

DIBALIK KISAH SEORANG AYAH
Share
Yesterday at 11:44am
Diambil dari mailist
di tulis oleh "wira tama" , dari notes seorang teman-barokallohu fiki-...
Bagi yang mau jadi Suami n Bapak


Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya.....

Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya.
Lalu bagaimana dengan Bapak?

Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari,
tapi tahukah kamu, jika ternyata Bapak-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?

Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng,

tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Bapak bekerja dan dengan wajah lelah Bapak selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?

Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil......

Bapak biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda.

Dan setelah Bapak mengganggapmu bisa, Bapak akan melepaskan roda bantu di sepedamu...

Kemudian Mama bilang : "Jangan dulu Bapak, jangan dilepas dulu roda bantunya" ,

Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka....

Tapi sadarkah kamu?

Bahwa Bapak dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.

Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba.

Tetapi Bapak akan mengatakan dengan tegas : "Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang"

Tahukah kamu, Bapak melakukan itu karena Bapak tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?

Saat kamu sakit pilek, Bapak yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata :

"Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!".

Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.

Ketahuilah, saat itu Bapak benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.

Ketika kamu sudah beranjak remaja....

Kamu mulai menuntut pada Bapak untuk dapat izin keluar malam, dan Bapak bersikap tegas dan mengatakan: "Tidak boleh!".

Tahukah kamu, bahwa Bapak melakukan itu untuk menjagamu?

Karena bagi Bapak, kamu adalah sesuatu yang sangat - sangat luar biasa berharga..

Setelah itu kamu marah pada Bapak, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu...

Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama....

Tahukah kamu, bahwa saat itu Bapak memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,

Bahwa Bapak sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?

Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Bapak akan memasang wajah paling cool sedunia.... :')

Bapak sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu..

Sadarkah kamu, kalau hati Bapak merasa cemburu?

Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Bapak melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.

Maka yang dilakukan Bapak adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir...

Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut - larut...

Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Bapak akan mengeras dan Bapak memarahimu.. .

Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Bapak akan segera datang?

"Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Bapak"
Setelah lulus SMA, Bapak akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur.

Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Bapak itu semata - mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti...

Tapi toh Bapak tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Bapak
Ketika kamu menjadi gadis dewasa....

Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain...

Bapak harus melepasmu di bandara.

Tahukah kamu bahwa badan Bapak terasa kaku untuk memelukmu?

Bapak hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini - itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati.

Padahal Bapak ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat.

Yang Bapak lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata "Jaga dirimu baik-baik ya sayang".

Bapak melakukan itu semua agar kamu KUAT...kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.

Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Bapak.

Bapak pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.
Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Bapak tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan...

Kata-kata yang keluar dari mulut Bapak adalah : "Tidak.... Tidak bisa!"

Padahal dalam batin Bapak, Ia sangat ingin mengatakan "Iya sayang, nanti Bapak belikan untukmu".

Tahukah kamu bahwa pada saat itu Bapak merasa gagal membuat anaknya tersenyum?

Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.

Bapak adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.

Bapak akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat "putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang"

Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Bapak untuk mengambilmu darinya.

Bapak akan sangat berhati-hati memberikan izin..

Karena Bapak tahu.....

Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.

Dan akhirnya....

Saat Bapak melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Bapak pun tersenyum bahagia....

Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Bapak pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis?

Bapak menangis karena Bapak sangat berbahagia, kemudian Bapak berdoa....

Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Bapak berkata: "Ya Allah tugasku telah selesai dengan baik....

Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik....

Bahagiakanlah ia bersama suaminya..."

Setelah itu Bapak hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk...

Dengan rambut yang telah dan semakin memutih....

Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya....

Bapak telah menyelesaikan tugasnya....

Bapak, Ayah, Papa, atau Abah kita...

Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat...

Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis...

Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .

Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa "KAMU BISA" dalam segala hal..

maav jika tanpa izin saya menampilkannya kedalam blog saya,..tapi saya sangat menyukainya dan berharap semakin banyak yang dapat membacanya,...
salute buat sodara 'WIRA TAMA'

surat dari sahabatku

Belum berapa lama ini saya mendapat kiriman notes dari seorang teman yang tlah lama tak bersua,...
Aneh benar teman ku yg satu ini, slalu mengirimi ku nasehat dan semangat disaat yang tepat...

baru - baru ini saya memang terlalu merindu ibu,..

buat teman ku LANGIT terima kasih kirimannya,... maav aku belum bisa mengirimi apa - apa...hheeehehe


Assalamu’alaikum,

Segala puji Ibu panjatkan kehadirat Allah ta’ala yang telah memudahkan Ibu untuk beribadah kepada-Nya. Shalawat serta salam Ibu sampaikan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarga dan para sahabatnya. Amin.

Wahai anakku,

Surat ini datang dari Ibumu yang selalu dirundung sengsara. Setelah berpikir panjang Ibu mencoba untuk menulis dan menggoreskan pena, sekalipun keraguan dan rasa malu menyelimuti diri. Setiap kali menulis, setiap kali itu pula gores tulisan terhalang oleh tangis, dan setiap kali menitikkan air mata setiap itu pula hati terluka.


Wahai anakku!
Sepanjang masa yang telah engkau lewati, kulihat engkau telah menjadi laki-laki dewasa, laki-laki yang cerdas dan bijak! Karenanya engkau pantas membaca tulisan ini, sekalipun nantinya engkau remas kertas ini lalu engkau merobeknya, sebagaimana sebelumnya engkau telah remas hati dan telah engkau robek pula perasaanku.

Wahai anakku..
25 tahun telah berlalu, dan tahun-tahun itu merupakan tahun kebahagiaan dalam kehidupanku. Suatu ketika dokter datang menyampaikan kabar tentang kehamilanku dan semua ibu sangat mengetahui arti kalimat tersebut. Bercampur rasa gembira dan bahagia dalam diri ini sebagaimana ia adalah awal mula dari perubahan fisik dan emosi. Semenjak kabar gembira tersebut aku membawamu 9 bulan. Tidur, berdiri, makan dan bernafas dalam kesulitan. Akan tetapi itu semua tidak mengurangi cinta dan kasih sayangku kepadamu, bahkan ia tumbuh bersama berjalannya waktu.

Aku mengandungmu, wahai anakku! Pada kondisi lemah di atas lemah, bersamaan dengan itu aku begitu gembira tatkala merasakan melihat terjangan kakimu dan balikan badanmu di perutku. Aku merasa puas setiap aku menimbang diriku, karena semakin hari semakin bertambah berat perutku, berarti engkau sehat wal afiat dalam rahimku. Penderitaan yang berkepanjangan menderaku, sampailah saat itu, ketika fajar pada malam itu, yang aku tidak dapat tidur dan memejamkan mataku barang sekejap pun. Aku merasakan sakit yang tidak tertahankan dan rasa takut yang tidak bisa dilukiskan.

Sakit itu terus berlanjut sehingga membuatku tidak dapat lagi menangis. Sebanyak itu pula aku melihat kematian menari-nari di pelupuk mataku, hingga tibalah waktunya engkau keluar ke dunia. Engkau pun lahir. Tangisku bercampur dengan tangismu, air mata kebahagiaan. Dengan semua itu, sirna semua keletihan dan kesedihan, hilang semua sakit dan penderitaan, bahkan kasihku padamu semakin bertambah dengan bertambah kuatnya sakit. Aku raih dirimu sebelum aku meraih minuman, aku peluk cium dirimu sebelum meneguk satu tetes air ke kerongkonganku.

Wahai anakku..
Telah berlalu tahun dari usiamu, aku membawamu dengan hatiku dan memandikanmu dengan kedua tangan kasih sayangku. Saripati hidupku kuberikan kepadamu. Aku tidak tidur demi tidurmu, berletih demi kebahagiaanmu. Harapanku pada setiap harinya, agar aku melihat senyumanmu. Kebahagiaanku setiap saat adalah celotehmu dalam meminta sesuatu, agar aku berbuat sesuatu untukmu, itulah kebahagiaanku! Kemudian, berlalulah waktu. Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Selama itu pula aku setia menjadi pelayanmu yang tidak pernah lalai, menjadi dayangmu yang tidak pernah berhenti, dan menjadi pekerjamu yang tidak pernah mengenal lelah serta mendo’akan selalu kebaikan dan taufiq untukmu.

Aku selalu memperhatikan dirimu hari demi hari hingga engkau menjadi dewasa. Badanmu yang tegap, ototmu yang kekar, kumis dan jambang tipis yang telah menghiasi wajahmu, telah menambah ketampananmu. Tatkala itu aku mulai melirik ke kiri dan ke kanan demi mencari pasangan hidupmu. Semakin dekat hari perkawinanmu, semakin dekat pula hari kepergianmu. saat itu pula hatiku mulai serasa teriris-iris, air mataku mengalir, entah apa rasanya hati ini. Bahagia telah bercampur dengan duka, tangis telah bercampur pula dengan tawa. Bahagia karena engkau mendapatkan pasangan dan sedih karena engkau pelipur hatiku akan berpisah denganku.

Waktu berlalu seakan-akan aku menyeretnya dengan berat. Kiranya setelah perkawinan itu aku tidak lagi mengenal dirimu, senyummu yang selama ini menjadi pelipur duka dan kesedihan, sekarang telah sirna bagaikan matahari yang ditutupi oleh kegelapan malam. Tawamu yang selama ini kujadikan buluh perindu, sekarang telah tenggelam seperti batu yang dijatuhkan ke dalam kolam yang hening, dengan dedaunan yang berguguran. Aku benar-benar tidak mengenalmu lagi karena engkau telah melupakanku dan melupakan hakku.

Terasa lama hari-hari yang kulewati hanya untuk ingin melihat rupamu. Detik demi detik kuhitung demi mendengarkan suaramu. Akan tetapi penantian kurasakan sangat panjang. Aku selalu berdiri di pintu hanya untuk melihat dan menanti kedatanganmu. Setiap kali berderit pintu aku manyangka bahwa engkaulah orang yang datang itu. Setiap kali telepon berdering aku merasa bahwa engkaulah yang menelepon. Setiap suara kendaraan yang lewat aku merasa bahwa engkaulah yang datang. Akan tetapi, semua itu tidak ada. Penantianku sia-sia dan harapanku hancur berkeping, yang ada hanya keputusasaan. Yang tersisa hanyalah kesedihan dari semua keletihan yang selama ini kurasakan. Sambil menangisi diri dan nasib yang memang telah ditakdirkan oleh-Nya.

Anakku..
Ibumu ini tidaklah meminta banyak, dan tidaklah menagih kepadamu yang bukan-bukan. Yang Ibu pinta, jadikan ibumu sebagai sahabat dalam kehidupanmu. Jadikanlah ibumu yang malang ini sebagai pembantu di rumahmu, agar bisa juga aku menatap wajahmu, agar Ibu teringat pula dengan hari-hari bahagia masa kecilmu.

Dan Ibu memohon kepadamu, Nak! Janganlah engkau memasang jerat permusuhan denganku, jangan engkau buang wajahmu ketika Ibu hendak memandang wajahmu!! Yang Ibu tagih kepadamu, jadikanlah rumah ibumu, salah satu tempat persinggahanmu, agar engkau dapat sekali-kali singgah ke sana sekalipun hanya satu detik. Jangan jadikan ia sebagai tempat sampah yang tidak pernah engkau kunjungi, atau sekiranya terpaksa engkau datangi sambil engkau tutup hidungmu dan engkaupun berlalu pergi.

Anakku, telah bungkuk pula punggungku. Bergemetar tanganku, karena badanku telah dimakan oleh usia dan digerogoti oleh penyakit. Berdiri seharusnya dipapah, dudukpun seharusnya dibopong, sekalipun begitu cintaku kepadamu masih seperti dulu. Masih seperti lautan yang tidak pernah kering. Masih seperti angin yang tidak pernah berhenti.

Sekiranya engakau dimuliakan satu hari saja oleh seseorang, niscaya engkau akan balas kebaikannya dengan kebaikan setimpal. Sedangkan kepada ibumu. Mana balas budimu, nak!? Mana balasan baikmu! Bukankah air susu seharusnya dibalas dengan air susu serupa?! Akan tetapi kenapa nak! Susu yang Ibu berikan engkau balas dengan tuba. Bukankah Allah ta’ala telah berfirman, “Bukankah balasan kebaikan kecuali dengan kebaikan pula?!” (QS. Ar Rahman: 60) Sampai begitu keraskah hatimu, dan sudah begitu jauhkah dirimu?! Setelah berlalunya hari dan berselangnya waktu?!

Wahai anakku, setiap kali aku mendengar bahwa engkau bahagia dengan hidupmu, setiap itu pula bertambah kebahagiaanku. Bagaimana tidak, engkau adalah buah dari kedua tanganku, engkaulah hasil dari keletihanku. Engkaulah laba dari semua usahaku! Kiranya dosa apa yang telah kuperbuat sehingga engkau jadikan diriku musuh bebuyutanmu? Pernahkah aku berbuat khilaf dalam salah satu waktu selama bergaul denganmu, atau pernahkah aku berbuat lalai dalam melayanimu?

Terus, jika tidak demikian, sulitkah bagimu menjadikan statusku sebagai budak dan pembantu yang paling hina dari sekian banyak pembantumu. Semua mereka telah mendapatkan upahnya!? Mana upah yang layak untukku wahai anakku!

Dapatkah engkau berikan sedikit perlindungan kepadaku di bawah naungan kebesaranmu? Dapatkah engkau menganugerahkan sedikit kasih sayangmu demi mengobati derita orang tua yang malang ini? Sedangkan Allah ta’ala mencintai orang yang berbuat baik.

Wahai anakku!! Aku hanya ingin melihat wajahmu, dan aku tidak menginginkan yang lain. Wahai anakku! Hatiku teriris, air mataku mengalir, sedangkan engkau sehat wal afiat. Orang-orang sering mengatakan bahwa engkau seorang laki-laki supel, dermawan, dan berbudi.

Anakku..
Tidak tersentuhkah hatimu terhadap seorang wanita tua yang lemah, tidak terenyuhkah jiwamu melihat orang tua yang telah renta ini, ia binasa dimakan oleh rindu, berselimutkan kesedihan dan berpakaian kedukaan!? Bukan karena apa-apa?! Akan tetapi hanya karena engkau telah berhasil mengalirkan air matanya. Hanya karena engkau telah membalasnya dengan luka di hatinya, hanya karena engkau telah pandai menikam dirinya dengan belati durhakamu tepat menghujam jantungnya, hanya karena engkau telah berhasil pula memutuskan tali silaturrahim? !

Wahai anakku, ibumu inilah sebenarnya pintu surga bagimu. Maka titilah jembatan itu menujunya, lewatilah jalannya dengan senyuman yang manis, pemaafan dan balas budi yang baik. Semoga aku bertemu denganmu di sana dengan kasih sayang Allah ta’ala, sebagaimana dalam hadits: “Orang tua adalah pintu surga yang di tengah. Sekiranya engkau mau, maka sia-siakanlah pintu itu atau jagalah!!” (HR. Ahmad)

Anakku. Aku sangat mengenalmu, tahu sifat dan akhlakmu. Semenjak engkau telah beranjak dewasa saat itu pula tamak dan labamu kepada pahala dan surga begitu tinggi. Engkau selalu bercerita tentang keutamaan shalat berjamaah dan shaf pertama. Engkau selalu berniat untuk berinfak dan bersedekah. Akan tetapi, anakku! Mungkin ada satu hadits yang terlupakan olehmu! Satu keutamaan besar yang terlalaikan olehmu yaitu bahwa Nabi yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, amal apa yang paling mulia? Beliau bersabda: “Shalat pada waktunya”, aku berkata: “Kemudian apa, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: “Berbakti kepada kedua orang tua”, dan aku berkata: “Kemudian, wahai Rasulullah!” Beliau menjawab, “Jihad di jalan Allah”, lalu beliau diam. Sekiranya aku bertanya lagi, niscaya beliau akan menjawabnya. (Muttafaqun ‘alaih)

Wahai anakku!! Ini aku, pahalamu, tanpa engkau bersusah payah untuk memerdekakan budak atau berletih dalam berinfak. Pernahkah engkau mendengar cerita seorang ayah yang telah meninggalkan keluarga dan anak-anaknya dan berangkat jauh dari negerinya untuk mencari tambang emas?! Setelah tiga puluh tahun dalam perantauan, kiranya yang ia bawa pulang hanya tangan hampa dan kegagalan. Dia telah gagal dalam usahanya. Setibanya di rumah, orang tersebut tidak lagi melihat gubuk reotnya, tetapi yang dilihatnya adalah sebuah perusahaan tambang emas yang besar. Berletih mencari emas di negeri orang kiranya, di sebelah gubuk reotnya orang mendirikan tambang emas.

Begitulah perumpamaanmu dengan kebaikan. Engkau berletih mencari pahala, engkau telah beramal banyak, tapi engkau telah lupa bahwa di dekatmu ada pahala yang maha besar. Di sampingmu ada orang yang dapat menghalangi atau mempercepat amalmu. Bukankah ridhoku adalah keridhoan Allah ta’ala, dan murkaku adalah kemurkaan-Nya?

Anakku, yang aku cemaskan terhadapmu, yang aku takutkan bahwa jangan-jangan engkaulah yang dimaksudkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya: “Merugilah seseorang, merugilah seseorang, merugilah seseorang”, dikatakan, “Siapa dia, wahai Rasulullah?, Rasulullah menjawab, “Orang yang mendapatkan kedua ayah ibunya ketika tua, dan tidak memasukkannya ke surga”. (HR. Muslim)

Anakku,
Aku tidak akan angkat keluhan ini ke langit dan aku tidak adukan duka ini kepada Allah, karena sekiranya keluhan ini telah membumbung menembus awan, melewati pintu-pintu langit, maka akan menimpamu kebinasaan dan kesengsaraan yang tidak ada obatnya dan tidak ada dokter yang dapat menyembuhkannya. Aku tidak akan melakukannya, Nak! Bagaimana aku akan melakukannya sedangkan engkau adalah jantung hatiku. Bagaimana ibumu ini kuat menengadahkan tangannya ke langit sedangkan engkau adalah pelipur laraku. Bagaimana Ibu tega melihatmu merana terkena do’a mustajab, padahal engkau bagiku adalah kebahagiaan hidupku.

Bangunlah Nak! Uban sudah mulai merambat di kepalamu. Akan berlalu masa hingga engkau akan menjadi tua pula, dan al jaza’ min jinsil amal, “Engkau akan memetik sesuai dengan apa yang engkau tanam” Aku tidak ingin engkau nantinya menulis surat yang sama kepada anak-anakmu, engkau tulis dengan air matamu sebagaimana aku menulisnya dengan air mata itu pula kepadamu.

Wahai anakku, bertaqwalah kepada Allah pada ibumu, peganglah kakinya!! Sesungguhnya surga di kakinya. Basuhlah air matanya, balurlah kesedihannya, kencangkan tulang ringkihnya, dan kokohkan badannya yang telah lapuk.Anakku, Setelah engkau membaca surat ini,terserah padamu! Apakah engkau sadar dan akan kembali atau engkau ingin merobeknya.

Wassalam,
Ibumu

Catatan saya

Saya mahasiswa Geografi, Muhammad Hafizt adalah seorang Mahasiswa Geografi...Bbbeeehhhhhh,...

yah,...apalah itu geografi,..? tidak pernah terpikir oleh saya akan melanjutkan study di geografi, sedikitpun saya tidak menyenangi ilmu bumi. Bagaimana mungkin saya memikirkan apa itu langit dan bumi beserta isinya. Saya tidak tertarik dengan gambar peta yang menurutku tidak berseni karena didominasi oleh warna hijau dan kuning. Yang ku tau geografi selama SMA adalah melihat peta dan menghafalkan ibukota provinsi ntar ujiannya pake peta buta.

Setiap mata pelajaran GEOGRAFI SMP dan SMA slalu saya manfaatkan untuk duduk dikantin ato terbaring di UKS...meyenangkan memang.

Tapi tidak sekarang,...masa depan semakin susah ditebak, sampai saya diterima kuliah pun saya masih belum mengerti bahwa Kartografi dan Penginderaan Jauh adalah program study difakultas geografi yang merupakan ilmu, teknologi dan seni mengenai cara pembuatan PETA (definisinya gtu).

Tidak terasa sekarang saya adalah mahasiswa semester lima,...
kesimpulannya adalah 2 tahun lebih saya terus menerus melihat peta baik dikelas dan dilaboratorium dan itu kadang petanya ngikut sampai kost.

Saya tidak pernah menyesali kuliah difakultas geografi , memang saya bukan orang yang ahli dalam menebak masa depan tapi saya yakin semua yang akan terjadi kedepan memang sudah digariskan sejak saya dihidupkan,..hahahaha

Sekarang saya mulai sedikit tau apa itu peta, bisa membaca dan membuat peta sendiri, saya tahu apa itu foto udara, apa itu citra satelit, saya mengerti apa itu warna dan apa artinya bagi sebuah citra. Sangat banyak pengetahuan baru yang saya peroleh yang memang merupakan sesuatu yang menjadi kegemaran saya, yaitu menggambar,...yah menggambar peta kenapa tidak

sungguh senang saya belajar dikampus ini, walaupun bahasa menjadi sedikit kendala.
Yow wes,..ra’ opo – opo,..ntekke sisan,..